Sabtu, 31 Maret 2012

Gula Semut Penopang Kesejahteraan

Gula Semut Penopang Kesejahteraan

Gula semut menjadi satu penopang kesejahteraan warga Kokap Kulonprogo. Sayangnya selama ini dalam produksi gula semut, mereka hanya mengandalkan proses pengolahan tradisional. Guna meningkatkan kapasitas produksi, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UGM memberikan bantuan rumah produksi kepada warga. "Ini bisa menaikkan harga jual gula semut. Kalau biasanya harganya Rp12 ribu per kilogram dari petani dengan hadirnya alat pengolah, kami optimis harganya bisa meningkat," kata Rumini (35) anggota Kelompok Usaha Tani Anggrek, Hargotirto, Kokap Kulonprogo, Sabtu (18/2).
Rumini mengaku senang dengan adanya bantuan yang diberikan. Tiap hari setidaknya mereka bisa hasilkan sebanyak 3 kg gula semut. Hal senada juga dikatakan Biyantoro (52) anggota Kelompok Tani Aneka Karya yang menyebutkan selama ini masyarakat setempat memakai kayu bakar untuk mengolah nira menjadi gula semut. "Bantuan alat bisa meningkatkan kapasitas produksi juga dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. Bisa mengurangi penebangan pohon dan penggunaan kayu sehingga alam tetap terjaga," kata Biyantoro.
Ratna Djoko Suyanto, Ketua II Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu menuturkan sejak 2010 kawasan desa Hargotirto resmi jadi Desa Sejahtera. Aneka program telah berjalan untuk pemberdayaan masyarakat menuju hidup sejahtera.
Peresmian Rumah Produksi Gula Semut Mbok Tani dan peresmian Sanitasi Masyarakat (Sanimas) lewat fasilitasi pembangunan sanitasi (MCK) disebutkan membawa optimisme warga Hargotirto menjadi lebih sejahtera. "Alat produksi bantuan Presiden semoga benar-benar bermanfaat. Bisa meningkatkan produksi gula semut," kata Ratna.
Secara khusus pihak SIKIB mengapresiasi program yang dikerjakan lewat kepedulian mahasiswa dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) PPM UGM. Model pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan jadi inspirasi bagi program serupa di seluruh kampus Tanah Aair. "UNESCO bahkan memberikan di tahun 2007 KKN UGM yang diakui satu-satunya perguruan tinggi Indonesia sebagai regional center of excellent," katanya.
Adi Wibowo ST, Manajer Pelayanan Masyarakat LPPM UGM menyatakan pengembangan gula semut untuk mengatasi rendahnya produksi gula semut. Proses pengolahan masih dilakukan secara konvensional terutama pada proses pengentalan, pengkristalan, dan pengeringan diubah dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Pengolahan secara konvensional butuh waktu lama seperti untuk 15-20 liter nira yang menghasilkan 3,5 kg gula semut butuh waktu 6-8 jam. "Kalau menggunakan alat hanya butuh waktu 2-4 jam untuk mengolah 105-120 liter nira menjadi 17,5-20 kg gula semut," katanya.
Kapasitas produksi juga meningkat yaitu sekitar 20 kg gula semut, sementara dengan proses manual dalam satu kali produksi hanya akan dihasilkan 1 kg gula semut. Pengolahan dengan alat juga menghemat penggunaan energi dan biaya karena dengan mengolah 80 kg gula semut secara manual butuh 2 meter kubik kayu bakar seharga Rp140 ribu. "Kalau pengolahan dengan alat hanya membutuhkan energi dengan biaya Rp100 ribu," kata Adi.
Sementara itu, Prof Danang Parikesti, Ketua LPPM UGM menegaskan banyak perubahan yang terjadi di Hargotirto setelah daerah tersebut resmi menjadi Desa Sejahtera. Cara berpikir maupun semangat yang dimiliki telah menjadikan LPPM UGM secara perlahan akan mulai melepas pembinaan yang telah dilakukan. "Antusiasme masyarakat besar, bagaimana langkah memberdayakan, dan memandirikan masyarakat bisa terjadi. Semangat ini patut ditularkan ke desa-desa lain," katanya.
Kunci sukses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat yaitu bila perhatian potensi dikenali oleh perguruan tinggi yang mendampingi, hal serupa bisa berlaku untuk daerah lain. Tiap daerah memiliki potensi yang berbeda yang bisa diangkat.
Hasto Wardoyo, Bupati Kulon Progo yang turut hadir menyebutkan pengembangan industri gula semut dengan pendirian sarana rumah produksi dan pembuatan alat produksi positif bagi pengembangan perekonomian di wilayahnya. "Harapan saya, ini bisa jadi semangat dan motivasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah Kulonprogo untuk membuat program serupa bangun daerah," katanya.
Potensi pengembangan produk kelapa, jadi satu andalan Desa Hargotirto. Setidaknya ada 70 kelompok penyadap nira untuk 16.815 pohon kelapa yang produktif. "Sebagian besar masyarakat penyadap nira merupakan masyarakat prasejahtera yang butuh pengembangan usaha," katanya. n Much Fatchurochman


http://qrcode.kaywa.com/img.php?s=8&d=m.%20khadik%20asrori%0D%0Afb%20%3A%20khadik%20astro%0D%0Atelp%20%3A%20081937066766
khadik_astro@yahoo.com

TIPS TIDUR NYENYAK

TIPS TIDUR NYENYAK

Sudah bukan rahasia lagi kalau tidur yang berkualitas, sangat bermanfaat untuk kesehatan. Karena itu, usahakan untuk memperoleh tidur yang nyenyak setiap malamnya.

Jangan sepelekan masalah kualitas tidur. Kurang tidur dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti darah tinggi, stroke, dan diabetes. Selain itu, buruknya kualitas tidur juga bisa menimbulkan kerusakan kulit karena meningkatnya hormon kortisol yang memecah kolagen, meningkatkan risiko depresi serta dapat memicu obesitas.

Batasi Makanan

Hindari merokok atau minuman yang mengandung kafein dan alkohol pada malam hari. Efek 'terjaga' yang dihasilkan kafein bisa berlangsung setidaknya maksimal sampai 12 jam. Makan besar pada malam hari selain menambah timbunan lemak di perut juga seringkali membuat sulit tidur karena tubuh masih aktif memproses makanan. Menjelang tidur, kurang asupan minum untuk menghindari terbangun karena buang air kecil. Maksimalkan minum air putih pada pagi hingga sore hari. Menjelang malam batasi konsumsi air agar tidak menganggu tidur di tengah malam.

Bersantai

Buatlah kebiasaan kecil yang membuat tubuh mengenali sudah saatnya tidur. Dua jam sebelum tidur, usahakan sedikit bersantai dan tidak terlalu sibuk. Tinggalkan pekerjaan, televisi, dan pekerjaan rumah tangga jika memungkinkan. Biarkan tubuh bersantai dan mulai mempersiapkan diri untuk beristirahat. Mandi air hangat, membaca buku, atau mengobrol santai dengan pasangan bisa dijadikan pilihan untuk menenangkan tubuh.

Batasi Teknologi

Ponsel, laptop, atau gadget lainnya sebaiknya disimpan menjelang tidur. Biarkan tubuh bersantai dan jauh dari pengaruh sinyal serta elektronik. Setelah seharian berkutat dengan gadget andalan, tak ada salahnya berpisah sementara menjelang tidur. Selain itu, memeriksa email pekerjaan menjelang tidur bisa membuat akan terpikir akan pekerjaan di esok hari. Terlalu banyak pikiran menjelang tidur bisa membuat Anda sulit untuk terlelap.

Survei terbaru yang diadakan oleh National Sleep Foundation, Amerika menyatakan banyak orang dewasa yang kini kurang tidur karena gadget. Tubuh yang terpapar sinar dari gadget bisa menekan produksi melatonin yang dibutuhkan tubuh. Hormon melatonin sangat penting untuk membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan mood, dan membuat tubuh lebih rileks.

Matikan Lampu

Kualitas tidur akan lebih baik dalam suasana ruangan yang gelap. Sebaiknya hindari jam dengan lampu yang terang atau benda yang memancarkan cahaya terang lainnya di kamar tidur. Tubuh terbiasa mengenali cahaya pada saat seseorang dalam keadaan aktif. Hadirnya cahaya di kamar bisa membuat tubuh tetap aktif sehingga tidur tidak terlalu nyenyak.

Suasana yang Nyaman

Tidur adalah kegiatan penting dalam aktivitas manusia sehari-hari. Tidur membantu menjaga kesehatan tubuh serta pikiran. Karena itu tak ada salahnya sedikit berinvestasi untuk hal ini. Pilih bantal, kasur, dan peralatan tidur yang nyaman untuk Anda. Korden yang bisa mengurangi sengatan cahaya matahari juga bagus untuk dipasang di kamar tidur. Kenyamanan lingkungan tidur seseorang tentu berbeda satu sama lainnya. Demi pikiran yang segar dan tubuh yang sehat, usahakan untuk menciptakan suasana nyaman demi meningkatkan kualitas tidur.
khadik_astro@yahoo.com

PEMBUATAN TERASI

PEMBUATAN TERASI

  1. PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan makanan yang mudah membusuk (perishable food) sehingga pengolahan dan pengawetan mutlak diperlukan, guna menjaga agar produk yang dihasilkan nelayan dapat sampai ditangan konsumen dalam keadaan baik dan layak dimakan. Untuk mempertahankan mutu ikan mutlak diperlukan suatu penanganan, yang berupa proses pengolahan baik bersifat tradisional (pengeringan, pemindangan, pengasapan dan fermentasi) maupun secara modern (pendinginan dan pembekuan). Manusia telah membuat berbagai macam variasi dalam mengolah atau mengawetkan ikan, diantaranya: pendinginan, pembekuan, pengalengan, penggaraman, pengeringan, pengasapan, pembuatan hasil olahan khusus (bakso ikan, abon ikan, surimi, dan segala macam masakan dari ikan), pembuatan hasil sampingan (terasi) (Murniyati dan Sunarman, 2000)
Terasi adalah bahan penyedap makanan dan biasanya digunakan dalam pembuatan sambal yang sudah dikenal tidak hanya di Indonesia khususnya pulau Jawa, tetapi juga dikenal di Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Laos dan sebagainya (Hadiwiyoto, 1993). Terasi merupakan salah satu produk hasil perikanan yang dibuat melalui proses fermentasi.
Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (fardiaz, 1992).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan (atau udang) yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti dengan penambahan asam), kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi.
Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan (atau udang) yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti dengan penambahan warna), kemudian dibiarkan abeberapa saat agar terjadi proses fermentasi. Dalam pembuatan terasi, proses fermentasi dapat berlangsung karena adanya aktivitas enzim yang berasal dari tubuh ikan (atau udang) itu sendiri. Fermentasi adalah suatu proses penguraian senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh enzim atau fermen yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri atau dari mikroorganisme dan berlangsung dalam kondisi lingkungan yang terkontrol. Proses penguraian ini dapat berlangsung dengan atau tanpa aktivitas mikroorganisme, terutama dari golongan jamur dan ragi (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Prinsip dari fermentasi ikan atau udang adalah fermentasi didalam larutan garam atau dengan penambahan garam kristal sehingga terbentuk flavour yang masih enak atau falvour yang menyerupai daging. Proses dari fermentasi dari substrat tidak diharapkan sempurna dalam pembuatan bagoong (terasi) karena produk harus mengandung protein yang terhidrolisis atau tanap hidrolisis. Salah satu perubahan selama fermentasi yang diharapkan adalah liquid fiksi. Setelah proses penggaraman, cairan dari dalam ikan (udang) terekstrak keluar. Kandungan nitrogen pada cairan mula-mula rendah tapi setelah disimpan beberapa hari, yaituselama proses fermentasi menyebabkan terjadinya proses hidrolisis protein sehingga kandungan nitrogen terlarut naik. Bila menggunakan garam yang kurang murni meneyababkan pengerasan jaringan, sehingga memperlambat penetrasi garam kedalam jaringan ikat (udang). Dengan menggunakan garam murni bakteri halofil dapat tumbuh baik sehingga terbentuk flavour yang enak. Pada suhu fermentasi yang tinggi 55ºC dapat mempercepat proses hidrolisis. Tetapi setelah 1 minggu fermentasi kandungan protein terlarut dalam cairab lebih tinggi bila fermentasinya dilakukan pada suhu 45ºC . Suhu optimal untuk fermentasi adalah 1-2 minggu (Rahayu, 1988).
Terasi digunakan sebagai bahan penydap masakan seperti pada makanan sayuran, sambal, rujak dan sebagainya. Sebagai bahan makanan setengah basah berkadar garam tinggi, tersai dapat disimpan berbulan-bulan (Anonymous, 2007).
Terasi sangat terkenal terutama di Pulau Jawa. Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan tersai pada umunya rebon atau jenis-jenis udang yang kecil (Hadiwiyoto, 1993). Suparno dan Murtini (1992) menambahkan selain dikonsumsi domestic produksi tersai dari Indonesia telah diekspor ke luar negeri khususnya ke negeri Belanda dan Suriname.
Kandungan unsur gizi dalam proses 100 gr terasi menurut Suprapti (2001) sebagai berikut:
No.
Nama Unsur
Kadar Unsur
1.
Protein
30,0 gr
2.
Lemak
3,5 gr
3.
Karbohidrat
3,5 gr
4.
Mineral
23,0 gr
No.
Nama Unsur
Kadar Unsur
5.
Kalsium
100,0 mg
6.
Fosfor
250,0 mg
7.
Besi
3,1 mg
8.
Air
40,0 gr
2.Bahan Pembuatan Terasi
  • Bahan Baku
  • Garam
  • Pewarna
  • Kain Saring atau Daun Pisang
  • Bahan Pengemas
3. Proses Pembuatan Terasi Udang
Menurut Hadiwiyoto (1983) langkah – langkah pembuatan terasi diuraikan berikut ini:
  1. Pencucian
Rebon, udang kecil atau ikan yang masih segar terlebih dahuli dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran, lender dan bahan-bahan asin yang terikut serta pada waktu penangkapan.

  1. Penjemuran
Setelah bersih dijemur dengan diserahkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung. Pada penjemuran ini tidak boleh merupakan lapisan yang tebal supaya cepat menjadi kering. Setiap kali sering dibolak-balik dan apabila terdapat kotoran dibuang. Maksud penjemuran ini tidak untuk mengeringkannya sama sekali, tetapi cukup kira-kira setengah kering saja supaya mudah untuk digiling atau ditumbuk.
  1. Penggilingan
Bahan kemudian digiling atau ditumbuk samapi halus. Sementara itu diambil ditambahkan garam atau kadang-kadang zat warna dan tepung tapioca. Jumlah bahan-bahan yang ditambahkan ini nanti akan menentukan mutu terasi. Masing-masing perussahaan mempunyai resep sendiri-sendiri.
  1. Pemeraman
Setelah itu adonan tersebut dibuat gumpalan-gimpalan dengan dikepal-kepal lalu dibungkus dengan tikar atau daun-daun kering. Kemudian diperam selama semalam. Pemeraman ini merupakan proses fermentasi tahap pertama.
  1. Pemeraman II
Keesokan harinya bungkusnya dibuak, kemudian dihancurkan lagi dengan cara digiling atau ditumbuk samapai halus. Setelah dianggap cukup dibuat gumpalan-gumpalan sekali lagi dan dibungkus seperti semula.
  1. Pemeraman III
Pemeraman selanjutnya selama kurang 4-7 hari. Pemeraman ini merupakan proses fermentasi tahap II. Pada proses ini akan timbul bau khas tersai . apabila pemeraman selesai, terasi diiris-iris dalam ukuran-ukuran tertentu untuk dijual.


3. Bahan Tambahan
  • Garam (NaCl)
  • Air
  • Pewarna
  • Bahan pengemas
4. Peralatan
  1. Lumpung alu
  2. Timbangan
  3. Alat penghancur
  4. Tempat fermentasi
  5. Tempat penjemuran
  6. Plastik sealer
5. Proses Pembuatan
Pada proses pembuatan terasi udang rebon di PT. Sentra Buana Nusantara Muncar-Bayuwangi, dilakukan secara semi modern karena proses pembuatan ada yang dilakukan secara tradisional dan modern (dengan mesin). Didalam proses pembuatannya proses dibagi menjadi beberapa tahap: persiapan bahan baku, penggilingan, penjemuran, pencetakan dan pembungkusan, fermentasi dan terakhir pengemasan.
Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang berupa udang kita sortasi sesuai ukurannya dan dicuci untuk menghilangkan kotoran, lendir, dan ditiriskan. Proses pencucian menggunakan air sumur yang sudah ditaruh dalam wadah lalu kemudian udang dimasukkan kedalam wadah untuk dicuci.
Penjemuran
Proses penjemuran dilakukan dibawah trik matahari, hingga setengah kering dan dibolak-balik. Menurut Hadiwiyoto (1983), maksud dari penjemuran ini tidak hanya untuk mengeringkan sama sekali tetapi cukup kira-kira setengah kering saja supaya mudah untuk digiling atau ditumbuk.
Penggilingan dan Penumbukan
Pada proses ini udang dimasukkan kedalam alat penggiling untuk menghaluskan udang. Proses penggilingan bahan terasi ini menggunakan mesin penggiling yang terbuat dari baja, selain itu penggilingan digunakan untuk mendapatkan hasil yang homogen dan menghemat tenaga dan waktu. Didalam penumbukan ditambahkan garam, air dan pewarna dengan perbandingan 1 gayung air dan 2 kg garam serta 1 sendok pewarna untuk 5 kwintal udang. Menurut Afrianto dan liviawaty (2005) jumlah garam yang ditambahkan tergantung selera, maksimal 30% dari berat total ikan atau udang agar terasi yang diproduksi tidak terlalu asin.
Pencetakan dan Pembungkusan
Udang yang sudah ditumbuk dan dihaluskan dengan penggilingan dicetak dengan cetakan lalu dibungkus dengan pelastik atau dengan daun pisang agar baunya khas.
Fermentasi
Terasi yang sudah dibungkus lalu kita fermentasikan didalam ruang khusus yang terdiri dari rak-rak tempat meletakan adaonan yang sudah dibungkus. Proses fermentasi ini dimaksudkan untuk proses penguraian senyawa-senyawa yang kompleks dari daging udang menjadi senyawa yang sederhanan. Menurut Afrianto dan liviawaty (1989) enzim yang berperan dalam proses fermentasi pada produk perikanan terutama didominasi oleh enzim proteolitik yang mampu menguraikan protein. Proses pemerahan (fermentasi) ini berlangsung 3-4 minggu dan dilakukan pada suhu kamar, jika terdapat pada inkubator pemerahan dapt dilakukan pada suhu 20-30oC yang merupakan suhu optimum untuk fermentasi terasi (Anonymous, 2005).
Pengemasan
Setelah proses fermentasi terasi yang sudah jadu lalu dibungkus dengan plastik dengan bantuan sealer dan siap untuk dipasarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan E. Liviawaty, 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anna, P dan Supriyanti, 2005. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Anonymous, 2005. Kembang Tahu atau Yuba, Pekatan Protein Kedelai, Surimi dan Kamaboko, Kerupuk Udang. Terasi Petis. Teknologi Pangan dan Agroindustri volume 1 nomer 3.
,2007. Paneaeus sp. www. Fishbase.org. Diaskes tanggal 25 April 2007. pukul 11:45 WIB.
, 2007. Udang rebon. www. dkp. go.id. Diaskes pada tanggal 25 April 2007. Pukul 11.35 WIB.
, 2008. terasi. www. ristek. go.id. Diaskes pada tanggal 2 Januari 2008. Pukul 09.00 WIB.
Buckle, K.A; R.A. Edward; G.H fleet and M. Wooton. 1987. Food Science. Press Etching Indonesia Press. Jakarta.
Desrosier,N.W, 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M.Muljohardo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hadiwiyoto, S, 1983. Hasil-Hasil olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty. Yokyakarta.
,1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.
Fardiaz, S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka. Jkarta.
Rahayu, W.P; S. Ma’oen; Suliantari dan Fardiaz, 1992. Tekni\ologi Fermentasi Produk Perikanan. ITB. Bogor.
Murniyati, A.S dan Sunarman.2005 Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Suparno dan J.T Martini, 1992 Terasi Bubuk. Kumpulan-kumpulan hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Perikanan. Jakarta.
Suprapti., M.L, 2002. Membuat Terasi. Kanisius. Yogyakarta.
Winarno.F.g, 1986. Air untuk Industri Pangan.Gramedia. Jakarta
http://qrcode.kaywa.com/img.php?s=8&d=m.%20khadik%20asrori%0D%0Afb%20%3A%20khadik%20astro%0D%0Atelp%20%3A%20081937066766

Sagu

Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di pesisir. Sagu dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk-bentuk yang lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mi dan mutiara.
Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia). Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan (menyulitkan distribusi).

[sunting] Pemanenan sagu

Sagu dipanen dengan tahap sebagai berikut:
  1. Pohon sagu dirubuhkan dan dipotong hingga tersisa batang saja.
  2. Batang dibelah memanjang sehingga bagian dalam terbuka.
  3. Bagian teras batang dicacah dan diambil.
  4. Teras batang yang diambil ini lalu dihaluskan dan disaring.
  5. Hasil saringan dicuci dan patinya diambil.
  6. Pati diolah untuk dijadikan tepung atau dikemas dengan daun pisang (dinamakan "basong" di Kendari).
Pohon sagu dapat tumbuh hingga setinggi 20m, bahkan 30m. Dari satu pohon dapat dihasilkan 150 sampai 300kg pati. Suatu survai di Kabupaten Kendari menunjukkan bahwa untuk mengolah dua pohon sagu diperlukan 4 orang yang bekerja selama 6 hari.

Kandungan gizi
Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. Ini terjadi akibat kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya.
Seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil.

mengekstrak sagu
  • Kepingan empulur sagu (Metroxylon sagu)
  • Memarut empulur menggunakan mesin. Simeulue.
  • Serbuk empulur dikumpulkan
  • Diinjak-injak dan dibilas untuk mengekstrak patinya
  • Pati sagu kering, siap dimasak
  • 'Nasi' dari sagu, disajikan bersama ikan panggang.
khadik_astro@yahoo.com

Peralatan untuk Uji Fisik Daging


Peralatan untuk Uji Fisik Daging
pHmeter

pHmeter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk mengukur nilai pH daging maupun produk daging. Sebelum penggunaan penggunaan pHmeter ini harus dilakukan kalibrasi dengan prosedur yang benar agar hasil pengukuran akurat. Proses kalibrasi juga harus mengikuti standart yang tepat yang telah ditetapkan. Prosedur yang harus dilakukan adalah ujung batang pHmeter dicelupkan ke buffer pH 7 sampai terdengar bunyi bip, lalu dicelupkan 4 sampai terdengar bunyi bip, dan setelah itu dilap dengan tissue hingga kering. Pencelupan pada pH 7 dilakukan karena pHmeter harus dinetralkan terlebih dahulu, sedangkan pencelupan pada pH 4 dilakukan untuk pengenalan pHmeter pada pH asam dan secara kebetulan telah diketahui daging memiliki pH asam.
Batang pHmeter ini terdapat pisau yang dapat dilepas. Pisau ini digunakan untuk melakukan pengujian pada daging dengan cara ditusukkan langsung. Sementara itu, pada produk daging tidak menggunakan pisau. Setelah daging dipotong biasanya memiliki kisaran pH normal sekitar 5,3-5,4. Diketahuinya kisaran pH pada daging maupun produknya sangat penting untuk mengetahui kualitas dari daging tersebut. Hal ini akan menetukan berapa lama daging tersebut mampu digunakan.

Carper Press
Carper press merupakan alat yang digunakan untuk mengukur daya mengikat air pada daging. Sementara itu, untuk produk olahan daging biasanya menggunakan sentrifuse. Metode yang digunakan dalam carper press adalah metode HAM. Carper press merupakan serangkaian alat yang dilengkapi dengan Planimeter.
Menurut Soeparno (1992), Pengukuran nilai daya ikat air dilakukan dengan menggunakan alat carper press dan planimeter. Karkas yang akan diuji dipotong sebanyak 0,3 g lalu di letakkan di atas kertas saring dan ditutup dengan kertas saring di atasnya, setelah itu diletakkan di atas carper press (Kg/cm2) dan dilakukan penekanan secara maksimal hingga terbentuk lingkaran cairan (lingkaran diluar) dan lingkaran terluar daging (lingkaran dalam), lalu dilakukan perhitungan luas areal basah dengan menggunakan alat planimeter dengan rumus:
Luas Area Basah =
X 100%
Hobart Fat Percentage Indicator
Alat ini dugunakan untuk mengukur kadar lemak pada daging. Menurut Watts (1962) dan Pearson et al (1977), lemak pada ternak terdistribusi dibeberapa bagian antara lain pada jaringan adiposa (depot lemak) dan lemak intramuskular.

Penggunaan alat ini harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 56,7 gram daging giling/cincang dibentuk seperti donat dengan diameter 9 cm, lalu diletakkan dipiringan berlubang dan diletakkan di corong. Setelah itu, alat dihubungkan dengan arus listrik sebesar 110 volt, sehingga mesin akan berputar selama 15 menit untuk 1 kali putaran. Pemanasan ini akan menyebabkan daging meleleh dan lelehannya akan turun ke tabung reaksi yang ada dibawahnya. Selanjutnya dapat dilihat terbentuknya endapan, cairan, dan lemak yang saling berpisah. Lapisan paling bawah adalah endapan, lapisan tengah adalah cairan, dan lapisan paling atas adalah lemak. Lapisan lemak berada pada lapisan yang paling atas karena massa jenis lemak paling rendah dibandingkan dengan cairan dan endapan. Pengukuran kadar lemak menggunakan alat ini yaitu antara skala 0 menunjuk ke lapisan paling bawah lemak dan skala transparan menunjuk ke permukaan lapisan lemak.
khadik_astro@yahoo.com