DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP KUALITAS
AIR LAUT DAN SUMBERDAYA PERIKANAN
(STUDI KASUS KEMATIAN MASSAL IKAN-IKAN
DI TELUK JAKARTA)
1. Pendahuluan
Perkembangan industri di daerah DKI dan sekitarnya dewasa cukup pesat. Peningkatan jumlah industri ini akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya (B3) dan masuk ke Teluk Jakarta melalui 13 DAS yang bermuara ke perairan ini. Pada saat ini terdapat sekitar lima juta jenis bahan kimia yang telah diidentifikasi dan dikenal, 60.000 jenis diantaranya sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan secara bebas. Salah satu dari limbah B3 tersebut adalah logam berat. Kehadiran logam berat tetap mengkhawatirkan, terutama yang bersumber dari pabrik/industri, di mana logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Sifat beracun dan berbahaya dari logam berat ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia bahan baik dari segi kuantitas maupun kuantitasnya. Masuknya limbah ini ke perairan laut telah menimbulkan pencemaran terhadap perairan.
Diperkirakan dalam sehari lebih dari 7.000 m3 limbah cair termasuk diantaranya yang mengandung logam berat yang dibuang melalui empat sungai yang melintasi wilayah Tangerang. Keempat sungai itu adalah Sungai Cisadane, Cimanceri, Cirarab dan Kali Sabi. Sungai-sungai tersebut bermuara ke Teluk Jakarta, sehingga dapat meningkatkan
kadar logam berat dalam air laut. Teluk Jakarta merupakan teluk yang paling tercemar di Asia akibat limbah industri dan rumah tangga.
Pencemaran logam berat di perairan Teluk Jakarta pertama kali ditemukan oleh S. Yatim dkk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam air di Teluk Jakarta sudah tergolong tinggi, bahkan di beberapa lokasi seperti muara Angke kadar logam beratnya cenderung meningkat. Dari hasil penelitian di perairan muara Angke menunjukkan bahwa air laut , udang, kerang-kerangan dan beberapa jenis ikan yang hidup di muara Angke telah tercemar oleh merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd). Selanjutnya disebutkan bahwa sumber bahan cemaran tersebut berasal dari kegiatan di darat, khususnya industri yang membuang limbahnya ke Kali Angke. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat di Barat Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan di bagian
Timur Teluk. Hasil ini menunjukkan bahwa sungai–sungai yang bermuara di bagian Barat Teluk lebih banyak mengandung logam berat dibandingkan dengan sungai-sungai yang bermuara di bagian Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan sebaran logam berat di perairan Teluk Jakarta dalam kaitannya dengan kematian massal
ikan-ikan yang terjadi pada bulan Mei 2004. Hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemda DKI, LSM, pihak Industri dan masyarakat dalam mengelola kegiatan industri-industri yang ada di Jabotabek yang berwawasan lingkungan serta menerbitkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Mei 2004. Di perairan Teluk Jakarta ditetapkan empat lokasi penelitian yakni pantai Ancol 1 (3 stasiun), pantai Ancol 2 (3 stasiun), Cilincing (4 stasiun), muara Sungai Dadap (4 stasiun), dan pantai Ancol 3 (3 stasiun). Posisi stasiun penelitian ditetapkan secara purposive sesuai dengan tujuan
penelitian. Pengambilan contoh air laut diambil dengan menggunakan Water Sampler yang volumenya lebih dari 5 liter, selanjutnya dimasukkan ke dalam botol polietylen yang volumenya lebih kurang 1 liter, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring yang pori-porinya 0,45 m. Di laboratorium air yang sudah disaring ini kemudian diawetkan
dengan HNO3 pekat, dan diekstraksi dengan menggunakan bahan pengompleks APDC, NaDDC dan MIBK. Selanjutnya diekstraksi lagi ke fase air dengan HNO3 pekat. Kadar logam berat Hg, Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni diukur dengan menggunakan alat AAS Type Varian.
Tabel 1. Kadar Logam Berat Hg, Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni di Perairan Teluk Jakarta, Mei 2004, ppm
St Pantai Ancol 1 | Hg | Pb | Cd | Cu | Zn | Ni |
1. Arena Pancing | <0.001 | 0.001 | <0.001 | <0.001 | 0.007 | 0.001 |
2. Putri Duyung) | <0.001 | 0.001 | <0.001 | <0.001 | 0.006 | <0.001* |
3. Marina | <0.001 | 0.001 | <0.001 | <0.001 | 0.001 | 0.001 |
Rerata | <0.001 | 0.001 | <0.001 | <0.001 | 0.0046 | 0.001 |
Pantai Ancol 2 | Hg | Pb | Cd | Cu | Zn | Ni |
1 (Horizon) | <0.001 | 0.002 | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.002 |
2 (Horizon) | <0.001 | 0.002 | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.002 |
3 (Horizon) | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.001 |
4 (K.Angsa) | <0.001 | 0.003 | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.002 |
Rerata | <0.001 | 0.002 | <0.001 | 0.001 | <0.001 | 0.0017 |
Cilincing | Hg | Pb | Cd | Cu | Zn | Ni |
1 (Cilincing) | <0.001 | 0.002 | <0.001 | <0.001* | <0.001 | 0.001 |
2 (Cilincing) | <0.001 | 0.001 | <0.001 | <0.001* | <0.001 | <0.001* |
3 (Cilincing) | <0.001 | 0.003 | <0.001 | 0.004 | <0.001 | 0.007 |
Rerata | <0.001 | 0.002 | <0.001 | 0.002 | <0.001 | 0.0045 |
Muara Sungai Dadap | Hg | Pb | Cd | Cu | Zn | Ni |
1 (Dadap) | <0.001 | 0.003 | <0.001 | <0.001* | 0.005 | 0.001 |
2(Dadap) | <0.001 | 0.003 | <0.001 | 0.001 | 0.004 | 0.002 |
3 (Dadap) | <0.001 | 0.002 | <0.001 | <0.001* | <0.001* | 0.001 |
4 (Dadap) | <0.001 | 0.003 | <0.001 | 0.001 | 0.001 | 0.001 |
Rerata | <0.001 | 0.0027 | <0.001 | 0.001 | 0.0027 | 0.0012 |
Ancol ***
Bel. MacDonald’s 0.056 0.55** 0.1** - - -
PLTU 0.003 - - - - -
Monumen Laguna 0.004 - - - - -
Rerata 0.021 0.55 0.1
NAB (KMNLH, 2004) 0.001 0.008 0.001 0.008 0.05 0.05
* Untuk perhitungan rerata nilai <0.001 dianggap = 0.001,
** tidak diketahui posisi stasiun,
*** BPLHD [1]
Pb (Timah Hitam)
Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar Pb rerata di semua lokasi penelitian berkisar antara 0.001-0.0027 ppm atau 1-2.7
ppb. Kadar Pb rerata tertinggi dijumpai di muara Sungai Dadap yakni 0.0027 ppm. Data ini menunjukkan bahwa secara rerata muara Sungai Dadap lebih banyak menerima masukan limbah yang menagndung Pb. Untuk setiap stasiun atau lokasi pengamatan kadar Pb tertinggi dijumpai di st 4 pantai Ancol 2 (K.Angsa), st 3 Cilincing, dan st 4 muara Dadap yang kadar Pb nya masing-masing adalah 0.003 ppm. Kadar Pb di semua lokasi penelitian lebih tinggi dari kadar Pb normal yang dijumpai dalam air laut yakni 0.03 ppb [8], namun masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan untuk kepentingan biota laut yakni sebesar 0.008 ppm atau 8 ppb. Dengan demikian berdasarkan kadar Pb ini belum berbahaya bagi kehidupan biota laut, dan kualitas air lautnya termasuk kelas A, baik sekali, dengan
nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) . Namun demikian bila dibandingkan dengan hasil penelitian BPLHD [1] terlihat bahwa kadar Pb hasil penelitian ini jauh lebih rendah. BPLHD mendapatkan kadar Pb di perairan Ancol sebesar 0.55 ppm (posisi stasiunnya tidak diketahui). Kadar ini lebih besar dari NAB yang ditetapkan oleh untuk biota laut yakni
0.008 ppm. Dengan kualitas air laut berdasarkan hasil penelitian BPLHD ini, termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2 (tercemar ringan) . Kadar Pb yang tinggi berbahaya bagi kehidupan biota laut. Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan BPLHD disebabkan letak stasiun dan waktu pengambilan sampel tidak sama. Pb bersifat toksis terhadap biota laut, kadar Pb sebesar 0.1 – 0.2 ppm telah dapat menyebabkan keracunan pada jenis ikan tertentu [9], dan pada kadar 188 ppm dapat membunuh ikan-ikan [10]. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh diketahui bahwa biota-biota perairan seperti crustacea akan mengalami kematian setelah 245 jam, bila pada badan perairan di mana biota itu berada terlarut Pb pada konsentrasi 2.75-49 ppm. Sedangkan biota perairan lainnya, yang dikelompokkan dalam golongan insecta akan mengalami kematian dalam rentang waktu yang lebih panjang yaitu antara 168-336 jam, bila pada badan perairan tempat hidupnya terlarut 3.5-64 ppm Pb. Secara umum, berdasarkan hasil pengukuran kadar Pb ini, dapat dikatakan bahwa kualitas perairan ini termasuk kelas A, baik sekali dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) , namun bila mengacu kepada hasil penelitian BPLHD, kualitas perairan ini termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2 (tercemar ringan).
Kadmium (Cd)
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar rerata di semua lokasi penelitian adalah <0,001 ppm atau <1 ppb. Data ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pada saat pengamatan relatif homogen. Kadar Cd ini masih sesuai dengan kadar Cd yang normal dalam air laut yakni 0.11 ppb [8], dan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan untuk kepentingan biota laut adalah 0.001 ppm atau 1 ppb.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas perairan ini termasuk kelas A, baik sekali, dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) . BPLHD mendapatkan kadar Cd di perairan Ancol (posisi stasiun tidak diketahui) sebesar 0.1 ppm atau 100 ppb. Hasil penelitian kadar Cd oleh BPLHD relatif sangat tinggi dan berbahaya bagi kehidupan biota laut. Bila mengacu kepada hasil penelitian BPLHD ini maka kualitas perairan ini termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2 (tercemar ringan) .
Cd merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong bangsa udang-udangan (crustacea) akan mengalami kematian dalam selang waktu
24 - 504 jam bila di dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi antara 0.005-0.15 ppm. Untuk biota-biota yang tergolong ke dalam bangsa serangga (insecta) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-672 jam bila ditemukan di dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup terlarut Cd atau persenyawaan Cd dalam rentang konsentrasi antara 0.003-18 ppm. Sedangkan untuk biota-biota perairan yang tergolong ke dalam keluarga Oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila di dalam badan perairan terlarut logam Cd atau persenyawaannya dengan rentang konsentrasi antara 0.0028-4.6 ppm .
Tembaga (Cu)
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar Cu rerata di semua lokasi penelitian berkisar antara <0.001-0.002 ppm. Kadar Cu rerata tertinggi dijumpai di Cilincing yakni 0.002 ppm. Demikian juga untuk setiap stasiun pengamatan kadar Cu tertinggi dijumpai di st 3 Cilincing yakni sebesar 0.004 ppm. Data ini menunjukkan bahwa lokasi Cilincing lebih banyak
menerima limbah yang mengandung Cu. Kadar ini masih sesuai dengan kadar normal Cu yang ada dalam air laut. Kadar normal Cu dalam air laut berkisar antara 0.002–0.005 ppm [10] dan 2 ppb atau 0.002 ppm [8]. Nilai Ambang Batas (NAB) Cu yang ditetapkan oleh [7] untuk kepentingan biota laut adalah 0.008 ppm. Dengan demikian kadar Cu ini masih sesuai dengan NAB tersebut. Berdasarkan kadar Cu ini maka kualitas perairan ini termasuk kelas A, baik sekali, dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) . Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial, di mana dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai
Koenzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi. Biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam badan perairan di mana ia hidup. Konsentrasi Cu terlarut dalam air laut sebesar 0,01 ppm dapat mengakibatkan kematian fitoplankton. Kematian tersebut disebabkan daya racun Cu telah menghambat
aktivitas enzim dalam pembelahan sel fitoplankton. Jenis-jenis yang termasuk dalam keluarga Crustasea akan mengalami kematian dalam tenggang waktu 96 jam, bila konsentrasi Cu berada dalam kisaran 0.17-100 ppm. Dalam tenggang waktu yang sama, biota yang tergolong ke dalam keluarga moluska akan mengalami kematian bila kadar Cu yang terlarut dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup berkisar antara 0.16-0.5 ppm, dan kadar Cu sebesar 2.5-3.0 ppm dalam badan perairan telah dapat membunuh ikan-ikan.
Zink (Zn)
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar Zn rerata di semua lokasi penelitian berkisar antara <0.001-0.0046 ppm. Kadar Zn rerata tertinggi dijumpai dijumpai pantai Ancol 1 yakni 0.0046 ppm. Data ini menunjukkan bahwa secara rerata pantai Ancol 1 lebih banyak menerima masukan limbah yang mengandung Zn. Untuk setiap stasiun pengamatan kadar Zn
tertinggi juga dijumpai pantai Ancol 1 yakni di st 1 dan 2 yang kadarnya masing-masing adalah 0.007 ppm dan 0.006 ppm, selanjutnya diikuti oleh st 1 dan st 2 di muara Sungai Dadap yang kadarnya masing-masing adalah 0.005 ppm dan 0.004 ppm. Data ini menunjukkan bahwa perairan pantai Ancol 1 dan muara Sungai Dadap relatif lebih banyak. menerima masukan limbah yang mengandung Zn. Kadar Zn di st 1 dan st 2 pantai Ancol 1 dan st 1 dan 2 di muara Sungai Dadap ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar normal Zn dalam air laut. Kadar normal Zn dalam air laut adalah 2,0 ppb atau 0,002 ppm. Demikian juga bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh untuk kepentingan biota laut adalah 0.05 ppm. Dengan demikian berdasarkan hasil pengukuran kadar Zn, kualitas perairan ini termasuk kelas A, sangat baik, dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu). Seperti halnya Cu, Zn juga bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai ko-enzim. Hasil percobaan LC50 selama 96 jam menunjukkan bahwa Zn pada kadar 60 ppm telah dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji (ikan) , pada kadar 310 ppb telah dapat mematikan 50% emberio kerang C.
virginica (LC50, 24 jam), dan pada kadar 166 ppb dan 195,4 ppb telah dapat mematikan embrio dan larva kerang M. marcenaria sebanyak 50% (LC50, 24 jam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar